Kumpulan Lengkap Metode Belajar Al-Qur'an Dari Usia Kandungan Hingga Dewasa

Alqur’an sebagai pedoman hidup manusia, sudah wajib kiranya bagi kita mampu untuk membacanya. Syukur Alhamdulillah apabila kita juga bisa mengartikannya sendiri. Sehingga dengan itu, kita dapat membaca al-Qur’an sekaligus memaknai maksud dari kalam Ilahi yang sedang kita baca. Dan pada kesempatan kali ini, semoga artikel yang saya tulis terkait berbagai macam metode yang insyaallah lengkapini, dapat membantu kita dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

Sederhananya membaca dapat kita artikan sebagai pelafalan huruf yang tertulis. Namun pengertian tentang kata “membaca” terus senantiasa berkembang, tidak semata  mengucapkan apa yang tertulis melainkan dapat pula berarti memahami, hingga mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya.

KH. Husin Naparin, Lc., MA tafsiran tentang makna membaca sebagai berikut  :
Dalam ilmu pendidikan pengertian “membaca” berkembang mula-mula dari pengertian apa yang tertulis, Seperti contoh: Teradapat tulisan dengan kalimat “dilarang menginjak rumput di sini” kemudian orang tersebut mengucapkan ungkapan itu dengan lidahnya dan sekaligus melafalkan huruf-huruf (letter-letter) tersebut.

Membaca tidak cukup hanya dengan mengucapkan huruf-huruf yang tertulis tetapi baru dikatakan membaca jika ada aktivitas akal pikiran memahami apa yang diucapkan oleh lidah, bahwa si pembaca itu memahami apa yang tertulis di sana : “Jangan menginjak rumput”. Dan pada perkembangan selanjutnya: seseorang belum dikatakan membaca kalau hanya memahami tulisan tanpa adanya aksi. Dimana dengan seperti pada ungkapan tadi bahwa terlarang menginjak rumput disitu; ia tahu dan paham agar rumput di situ tidak layu ada aksi di dalam pikirannya rumput itu harus dipelihara.

Kumpulan Lengkap Metode Belajar Al-Qur'an Dari Usia Kandungan Hingga Dewasa

Pada perkembangan terakhir; pengertian membaca tersebut belum sempurna.  Seorang baru dikatakan membaca jika ada interaksi dari dirinya yaitu mematuhi apa tuntutatn dari kalimat yang dibacanya; sehingga sia pembaca tadi bila lewat ditempat itu, ia tidak menginjak rumput yang dimaksud.  Bila ia berjalan ditempat itu tetap menginjak rumput, berarti orang itu belum dikatakan membaca, kendati ia mengucapkan ungkapan “dilarang menginjak rumput ini”.  Bila demikian kita-kita ini belum bisa dikatakan membaca al-qur’an tetapi hanya melafalkan huruf-hurufnya.

Adapun pengertian membaca yang dimaksud dalam skripsi ini adalah pelajaran membaca permulaan bagi anak-anak, khususnya di dalam melafalkan huruf-huruf Al-Qur’an sehingga dapat membaca al-qur’an keseluruhannya.

Di dalam pelajaran membaca al-qur’an, maka peran seorang guru mengaji cukup dominan. Karena pada tahap permulaan seorang anak apapun yang harus dilakukan serta tidak bagaimana cara membacanya.
Artikel penunjang : Pentingnya Mengajarkan Ayat Al-Qur'an Sejak Usia Dini
Metode atau cara mengaji membaca al-qur’an dihadapan guru adalah sesuatu yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau membacakan al-qur’an dihadapan malaikat Jibril pada stiap bulan ramadhan.  Dalam mempelajari al-qur’an, sebaiknya tidak hanya mengandalkan pembacaan seorang guru, tetapi harus ada timbal balik dari anak didik melalui pembacaan al-qur’an dihadapan gurunya.
Abdurrahman An-Nahwali menyimpulkan mengenai cara membaca al-qur’an dihadapan seorang guru / ustadz, sebagai berikut :
  1. Anak didik harus betul-betul menimak bacaan al-qur’an pengajaranya untuk kemudian mencoba membaca ulang hingga bacaannya sempurna dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid dan penekanan-penekanannya.
  2. Anak didik cukup menyimak bacaan pengajarnya kecuali jika pengajar merasakan bahwa anak didik sukar mengikuti bacaannya.  Pengajar harus menghentikan bacaannya dan kembali mengulang hingga anak didik mampu mengikuti bacaan selanjutnya.
  3. Anak didik mencoba membaca sendiri dan pengajar menyimak serta meluruskan kesalahn baca.
Metode belajar membaca al-qur’an telah banyak dikembangkan oleh para ahli yang secara garis besar dapat disebutkan ada 5 (lima) macam, yaitu  :
  1. Metode Bagdadiyah
  2. Metode Iqra
  3. Metide Al-Barqi
  4. Metode Diponegoro
  5. Metode Qiraati
Kelima jenis metode tersebut pada dasarnya masing-masing memliki pijakan serta kekuatan sendiri sehingga dapat dikemukakan bahwa metode membaca tulis al-qur’an dapat mempergunakan salah satu atau memadukan beberapa metode tersebut.

1  Metode Bagdadiyah
Menurut sejarahnya metode ini bersal dari negeri Baghdad (Irak).  Metode ini di wilayah Kalimatan Selatan dikenal dengan istilah “Alifan”.  Sebagai gambaran situasi yang menggunakan metode baghdadiyah ini sebagai berikut :
  • Pengajian berlangsung secara klasikal di masjid, mushalla, langgar atau tempat ibadah lainnya dan juga di rumah-rumah yang dilaksanakan secara individu (privat) .
  • Jumlah kegiatan tatap muka dengan cara klasikal umumnya berlangsung setiap hari dengan masa belajar 2 jam setiap hari.
  • Dengan cara klasikal tidak pernah diberikan tugas rumah bagi para peserta.
  • Ruang lingkup pengajian umumnya membaca, menghafal dan tajwid dan sebagian mengajarkan lagu.
  • Dalam perkembangannya sebagian besar murid berumur di bawah 10 tahun.
2 Metode Iqra
metode ini dasarnya diciptakan oleh H. Dahlan Salim dari Semarang dan kemudian diperbaiki atau disempurnakan oleh As’ad Humam dari Yogyakarta.
      Metode ini umumnya dilaksanakan sebagai berikut :
  • Jumlah tatap muka rata-rata 10 kali sebulan dengan waktu 45 menit setiap kali tatap muka dalam sistem klasikal.  Sedangkan sistem privat (individu) sebanyak 16 kali tatap muka sebulan dengan 60 menit setiap kali tatap muka.
  •  Dalam metode ini ada tugs rumah dan juga tugas klasikal.
  • Ruang lingkup pengajian adalah membaca, menulis dan tajwid
  • Teknik awal yang digunakan adalam membaca dan menulis masing- masing huruf hijaiyah, membaca dan menulis kalimat dan membetulkan makhrajul huruf.15
3 Metode Al-Baraqi
metode ini diciptakan oleh Drs. Muhajir Sulthon dari Gresik jawa Timur.  Metode ini pada awalnya dikenal dengan metode semi SAS, setelah beberapa kali perbaikan, kahirnya diberi nama metode Al-Baraqi.  Dengan metode Al-Baraqi membaca al-qur’an bisa didampingi oleh guru dan bisa juga dengan otodidak (belajar mandiri).
Metode ini memeliki beberapa prinsip, yaitu  :
  • Kemampuan mengamati
  • Kemampuan memisah (klasifikasi)
  • Kemampuan memilih dan
  • Kemampuan memadu.
Dengan menggunakan prinsip tersebut seorang anak yang belajar membaca al-qur’an dengan metode ini sekaligus akan bisa membaca huruf latin.

4 Metode Diponegoro
Metode ini dikembangankan oleh yayasan pendidikan Al-qur’an Diponegoro. Metode ini diciptakan oleh KH. Sei Datu Tombak Alam.  Belajar dengan metode ini guru dan murid diwajibkan mengikuti beberapa petunjuk praktis.

Isi dari petunjuk praktis tersebut antara lain sebagai berikut :
  • Huruf hijaiyah dibagi 5 kali belajar atau enam huruf sekali belajar, belajar sekali seminggu berarti setiap kali belajar murid menghafal kurang dari satu huruf dalam satu hari.
  • Huruf Hijaiyah dibagi berkelompok-kelompok yaitu :
  • Huruf-huruf yang sama bentuknya
  • Huruf yang sama bentuknya
  • Huruf yang hampir sama cara menulisnya
  • Kelompok menumpang, yaitu yang tidak masuk ke dalam kelompok tersebut di atas.
  • Membagi huruf ke dalam empat bentuk, yaitu :
  • Bentuk tunggal
  • Bentuk akhir
  • Bentuk awal
  • Bentuk tengah
  • Supaya mudah memahami dan gampang menghafal dalam ingatan, dibuatkan petak-petak sebanyak 7 petak dan 6 garis ke bawah, kemudian huruf tersebut dituliskan dalam petak tersebut menurut hurufnya.
 5 Metode Qiraati
 
Metode ini diciptakan oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 dan diterbitkan oleh yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwiden Semarang, dan diperbanyak oleh yayasan Dwi Matra Jakarta.

Secara klasikal metode qiraati serupa dengan pelaksanaan metode Iqra.       Metode qiraati juga dilakukan secara mandiri (privat).  Hal lainnya adalah :
  • Jumlah tatap muka setiap  bulan 12 kali, dengan lama 2 jam setiap tatap muka (klasikal)
  • Tugas rumah diberikan hanya dalam sistem klasikal
  • Semua guru diwajibkan menggunakan buku pedoman, papan tulis dan alat peraga dalam mengajar
  • Ruang lingkup pengajian adalah membaca dan tajwid
  • Teknik awal yang digunakan adalah membaca per huruf hijaiyah dan kalimat.
Dari lima metode yang sudah disebutkan di atas untuk wilayah Kalimatan Selatan (KALSEL), terlebih yang terletak di daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara, ini banyak menggunakan metode yang banyak pakai adalah dengan metode Iqra dan metode Baghdadiyah atau metode Alifan.  Cara atau Metode baghdadiyah digunakan oleh generasi tua sebelum dipopulerkannya metode Iqra sekarang ini.  Metode baghdadiyah umumnya diajarkan pada malam hari sehabis shalat maghrib dn berakhir menjelang shalat isya.

Tetapi dengan diadakannya Tpa-TPA disetiap kampung, yang dilaksanakan sore hari secara klasikal, dengan memakai metode Iqra, secara perlahan pemakaian metode Baghdadiyah mulai ditinggalkan.  Dari beberapa orang santri TPA yang ditanya : apakah mereka mengenal “Alifan” ?.  semua menjawab tidak mengetahuinya.  Ini berarti hanya orang tuanya saja yang mengetahuinya dan sempat mempelajarinya.  Ini berarti juaga bahwa orang tua di rumah juga tidak lagi mengajarkannya.  Barangkali untuk menyesuaikan dengan metode Iqra yang dipakai disetiap TPA.

Disamping kelima metode pengajaran membaca al-qur’an yang sudah tersebar dan dikenal oleh masyarakat tersebut, yang peruntukannya ditujukan kepada anak-anak yang belum mengenal huruf dan membaca al-qur’an, sekarang ditemukan dan dikembangkan lagi suatu metode pengajaran al-qur’an semenjak seorang anak masih dalam kandungan ibunya.  Metode tersebut disebut dengan metode “assalam”, sesuai judul buku yang dikarang oleh penumnya, yaitu Drs. Mustafa A.Y : “Assalam, Panduang Mengajar Bayi Anda Membaca Al-qur’an Semenajak Dalam Kandungan”.
Berikut ini adalah gambaran tentang bagaimana cara mengajar bayi belajar al-qur’an sejak dalam kandungan :

1. Masa belajar emas
Siapapun yang ingin memberikan pendidikan kepada anak-anak sejak dini, ia tidak boleh melewatkan masa emas belajar anaknya.  Masa emas atau masa paling produktif tetapi sering diabaikan itu ada 3 (tiga) yaitu :
  • Waktu dalam kandungan
  • Sejak hari pertama bayi lahir kedunia
  • Sejak bayi berumur lima bulan
2.    Tujuan
Tujuan edukatif mengajar bayi membaca Al-Qur’an sejak dalam kandungan adalah :
a.    Memupuk fitrah iman Islam anak
  • Merangsang saraf otak, telinga dan mata
  • Membiasakan hidup islami
  • Menamkan cinta Al-qur’an sejak diri
  • Mengenalkan budaya baca
Adapun tujuan psikologisnya adalah mengkondisikan situasi batin ibu, ayah, kakak dan seluruh anggota keluarga yang lain sehubungan dengan akan adanya anggota baru sehingga hubungan antara mereka semua terjalin dengan baik.

3.    Materi
  • 30 kosa kata wajib
  • 20 kalimat thayyibah
  • 8 doa sehari-hari
  • 7 surah pendek
  • Adzan dan iqamat
  • 4 senandung islami
  • Teknik dan metode
Untuk bayi yang masih dalam kandungan bapak mengajarkan materi yang telah disiapkan dengan cara mengatakan kosakatawajib, kalimat thayyibah, surah-surah pendek, adzan dan iqamat 3 kali sehari, pipi bapak menempel di perut ibu.  Jika ibu yang mengajar, ia sebaiknya menggunakan megaphone kertas.

Untuk bayi yang baru lahir, bapak, ibu, kakak, atau anggota keluarga yang lain mengatajan adzan, iqamat, menyanyikan senandung islami, kosa kata wajib, kalimat thayyibah, do’a sehari-hari dan surat-surah pendek.

Untuk bayi yang berumur lima bulan ke atas, bapak, ibu atau anggota keluarga yang lain menunjukan tulisan sambil membaca materi yang wajib ditentukan.  Adapun materinya adalah 30 kosa kata wajib, 20 kalimat thaiyyibah, 8 do’a sehari-hari, 7 surah-surah pendek, adzan dan iqamat.  Materi ditulis dikertas warna putih dengan spidol merah.  Untuk tahap ini senandung menjadi materi selingan.19