Hambatan dan Model Pengembangan Kurikulum

a.       Hambatan Pengembangan kurikulum
Adapun hambatan yang terdapat dalam upaya pengembangan kurikulum adalah:
  1. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum disebabkan beberapa hal pertama kurang waktu, kedua kurang sesuai pendapat baik antara guru maupun kepala sekolah dan serta kemampuan dan pengetahuan guru.
  2. Dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan feedback terhadap sistem pendidikan yang ada di sekolah.
  3. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam pengembangan kurikulum.[1]

b.       Model pengembangan kurikulum

Banyak model yang digunakan dalam pengembangan kurikulum yang didasarkan atas kelebihan dan kebaik-baikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal diantara model tersebut adalah:

1)      The Administrative Model

Model ini dikenal dengan adanya garis staf atau model lain dari atas ke bawah (top down). Kerja model ini adalah inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan yang kemudian membentuk tim terdiri, pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan staf pengajar inti yang bertugas merencanakan memberi pengarahan tentang garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan.[2]

2)      The Grass roots model (dari bawah)

Model ini bersifat desentralisasi kegiatan pengembangan kurikulum cara ini sangat memperhatikan kerjasama dengan orang tua. Peserta didik dan masyarakat. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Sehingga guru mempunyai wewenang dalam kurikulum karena guru paling tahu kebutuhan kelasnya. Oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.[3]

3)      Beauchamp’s System

Model ini dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum Beauchamp mengemukakan lima langkah :
  1. Menentukan area
  2. Menentukan personalian terdiri spesialis kurikulum, perwakilan kelompok orang professional, staf pengajar, tokoh-tokoh masyarakat, orang awam.
  3. Pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum meliputi penentuan tujuan, materi kegiatan belajar dan evaluasi.
  4. Mengimplementasikan kurikulum secara sistematis
  5. Penyelenggaraan evaluasi kurikulum

4)      The Demonstration Model

Model ini bersifat grass roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru.[4]

 5)      Taba’s Inverted Model

Model pengembangan kurikulum yang lazim dilakukan ditempuh secara deduktif yang mempunyai beberapa langkah diantaranya :
  1. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru.
  2. Menguji unit eksperimen.
  3. Mengadakan revisi dan konsolidasi.
  4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
  5. Implementasi dan diseminasi yakni menerapkan kurikulum pada sekolah-sekolah atau daerah-daerah yang lebih luas.

6)      Roger’s Interpersonal Relations Model

Model ini dikemukakan seorang ahli pendidikan (ahli psikologi atau psikoterapi) yakni Roger’s yang menerapkan tentang perkembangan dan perubahan individu. Ada empat langkah dalam model ini yaitu :
  1. Pemilihan target dari sistem pendidikan.
  2. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
  3. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
  4. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.[5]

7)      The Systematic action-research Model

Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat.

Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain yang peduli terhadap pendidikan. Langkah-langkah yang ditempuh :

  1. Mengadakan kajian tentang masalah-masalah kurikulum.
  2. Implementasi dan keputusan yang diambil.

8)      Emerging Technical Models

Model ini sesuai dengan perkembangan zaman yang dimana ilmu pengetahuan yang semakin maju dijadikan sebagai dasar.[6]

[1]Nana Syaodih Sukmadinata, Loc.cit. [2]Subandijah, Op.cit., hlm. 70.[3]Nana Syaodih Sukmadinata, Op.cit.,hlm. 163. [4]Ibid, hlm. 72.  5]Ibid, hlm. 169.  6]Ibid, hlm. 170.